Minggu, 12 April 2015

BELAJAR BERSYUKUR

Harga sesuatu itu ditentukan oleh upaya untuk mendapatkannya. Semakin susah, semakin berharga. Memang begitu aturan mainnya.

Segelas air putih yang biasa-biasa saja di tempat normal, akan menjadi luar biasa nikmat ketika diminum di tengah gurun pasir, jauh dari mata air, sehabis lari marathon sambil makan kerupuk di siang hari bolong. Silakan coba sendiri kalau tidak percaya.

Dulu (bahkan sampai sekarang) saya suka 'kabita' (ngiler) melihat bapak-bapak yang makan dengan lahap di sawah. Padahal lauknya cuma ikan asin, sambal dan lalapan. Ternyata rahasianya adalah: mereka bekerja keras dulu sebelum makan.

Itu sebabnya, barang-barang yang dibuat dengan tangan (handmade) selalu lebih mahal dibanding barang yang sama namun hasil produksi massal dengan mesin. Kadar usaha yang dilakukan beda, apalagi kalau sudah melibatkan seni dan sentuhan pribadi.

Maka berbahagialah mereka yang bisa hidup dari hasil kerja keras dan keringat. Rasa lelah itu membuat apa yang diraih menjadi sangat berharga. Uang 50 ribu bisa membuat kita merasa kaya, namun belum tentu demikian untuk orang yang uangnya banyak, dan didapat dengan cara yang gampang.

Para koruptor uangnya pasti banyak. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa mereka merasa kaya? Saya malah yakin bahwa mereka selalu merasa miskin. Lha kalau merasa kaya mereka pasti berhenti korupsi kok.

Jadi, bersyukurlah jika untuk mendapatkan uang 50 ribu saja kita harus kerja keras. Dan kita tidak perlu mencuri untuk mendapatkannya. Tuhan memberi kita rasa nikmat yang tidak akan dimiliki oleh orang yang punya banyak uang, apalagi yang mendapatkannya dengan cara yang tidak halal.

Bukankah itu hebat?


P.S.: Jika ada waktu, saya masih punya beberapa tulisan lain untuk Anda: