Sabtu, 21 Maret 2015

DARURAT

Peningkatan itu tidak selalu baik. Durasi berseteru misalnya, justru harus menurun. Saya tidak tahu, apa yang sebetulnya didapat oleh mereka yang berseteru. Materikah? Kepuasan batinkah?

Sejak pilpres kemarin, Indonesia terbelah dua. Pendukung kubu satu dan kubu dua. Atau mungkin tepatnya tiga, jika yang tidak mendukung siapa-siapa dihitung. Polarisasi ini ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Entah sampai kapan.

Celakanya, dua yang pertama ini kebanyakan tak lagi objektif. Jagoanku pasti benar, jagoanmu pasti salah. Setidaknya, itu kesan yang bisa ditangkap. Kalau sudah begini, pasti susah untuk bersikap objektif.

Lama-lama orang menjadi sangat sibuk. Terlalu sibuk bahkan. Sibuk mencari kelemahan lawan. Sibuk menutupi kelemahan jagoan pujaan. Sibuk berseteru. Dengan saudara sendiri. Saudara sebangsa. Nyaris tak tersisa waktu untuk bersikap bijak. Untuk berbuat yang bermanfaat. Buat rakyat.

Sebab rakyat hanya dianggap komoditas. Hanya atas nama. Hanya statistik. Hanya modal pembenaran atas sebuah tindakan. Agar terkesan bermartabat jika mengaku berbuat atas nama rakyat. Entah rakyat yang mana.

Hey! Ini sudah darurat. Perseteruan ini harus segera dihentikan. Lebih baik saling mengingatkan dalam kebaikan. Jangan sia-siakan energi kalian hanya untuk saling menjatuhkan. Ayo ah, jangan berlebihan.

Pertanyaannya, maukah kalian berhenti berdebat? Dan sama-sama mulai berbuat? Dan jadi bangsa yang bermartabat?

Mikir!

21032015


P.S.: Jika ada waktu, saya masih punya beberapa tulisan lain untuk Anda: