Sabtu, 28 September 2013

MOBIL MURAH

Siapa yang tak suka barang murah? Semua pasti suka. Murah itu membius. Makanya kata murah jadi mantra sakti para penjual. Barang apa pun yang diberi label murah pasti diserbu pembeli.

Padahal nilainya belum tentu murah. Bisa saja murah di sini hanya ilusi. Murah memang relatif. Banyak sekali parameter dan sudut pandang yang bisa dijadikan dasar penilaian.

Murah bagi Anda belum tentu murah bagi saya. Daya beli bisa menjadi salah satu acuan menentukan standar murah tidaknya suatu barang.

Maka ketika heboh soal mobil murah, tanggapannya sangat beragam. Ada yang langsung 'ngeces' dan siap-siap menghitung jumlah tabungan. Ada yang biasa-biasa saja karena sudah punya mobil yang lebih mahal dari itu. Ada juga yang nggak peduli dan cuma bilang, "Kagak ngaruh!" sebab dia memang tidak punya uang, dsb.

Yang menarik, ada juga yang tersinggung. Lho, kenapa? Sebab kata murah di situ lebih terkesan menghina dibanding iming-iming. Untuk mereka yang pendapatan sebulannya tidak sampai 2 juta rupiah, mobil yang harganya dipatok mulai 70 juta itu tetap saja mahal.

Maka menyebutnya sebagai mobil murah jelas-jelas sebuah kebohongan sekaligus penghinaan, sebab menganggap mereka tidak bisa berhitung. Menganggap mereka tidak bisa membedakan mana yang murah dan mana yang mahal.

Jadi kalau pemerintah bermaksud membantu orang berpenghasilan rendah agar bisa memiliki mobil, kebijakan ini jelas salah sasaran. Yang akan membeli adalah mereka yang punya uang.

Yang lebih aneh lagi adalah pemerintah seperti menutup mata bahwa saat ini jalan-jalan di kota besar sudah terlalu sesak dengan kendaraan. Bukankah lebih baik memperbanyak transportasi massal berkualitas bagus untuk mengurangi kemacetan dan polusi? Banyaknya kendaraan pribadi justru akan memperparah keadaan jalan yang sudah semrawut.

Jika mengatakan target mobil murah ini adalah kota kecil dan daerah pinggiran, tetap saja sulit dipahami. Apakah ini berarti pemerintah ingin menyebar kemacetan hingga ke pelosok?

Kalau bermaksud mengangkat derajat orang miskin, berpikirlah seperti mereka berpikir. Jangan berpikir dengan sudut pandang orang kaya. Lagipula, untuk masyarakat kebanyakan, masih banyak hal yang jauh lebih penting ketimbang mobil. Kebutuhan dasar rasanya masih tetap harus menjadi prioritas utama perhatian pemerintah.

Jadi, mobil murah untuk siapa?


P.S.: Jika ada waktu, saya masih punya beberapa tulisan lain untuk Anda: