Selasa, 01 Oktober 2013

REBUTAN AIR

Air itu kebutuhan vital (kebutuhan ya, bukan alat). Manusia tidak bisa hidup tanpa air. Maka orang bersedia melakukan apa pun demi mendapatkan air.

Beberapa hari belakangan ini saya harus menahan diri agar tidak sering-sering mandi. Air ledeng di rumah lagi mogok. Sekalinya mengalir, airnya sangat kecil sehingga harus benar-benar dihemat.

Ya sudah, memang selalu ada saat-saat di mana kita harus menghadapi kondisi yang kurang menyenangkan. Toh tidak tejadi setiap hari. Dan saya pikir, orang lain juga mengalami hal yang sama.

Debit air memang kecil, tetapi masih cukup untuk semua orang jika digunakan untuk kebutuhan dasar. Mandi, cuci, itu saja. Untuk minum kan orang lebih banyak membeli air mineral galonan. Lebih praktis.

Ternyata dugaan saya meleset. Rupanya banyak yang tidak puas. Maka diam-diam banyak yang beli pompa untuk menyedot air. Masalah mereka selesai. Air melimpah di rumah pemilik pompa.

Mereka lupa bahwa ada hak orang lain yang terampas. Tak semua orang mampu dan mau membeli pompa. Maka, rumah-rumah yang tidak punya pompa terpaksa harus gigit jari.

Beberapa tetangga menyarankan saya untuk beli pompa saja. Dengan halus saran tersebut saya tolak, meski pun saya mampu beli. Kenapa? Saya cuma membayangkan mereka yang tidak punya uang untuk membeli pompa. Di saat kita 'bermewah-mewahan' dengan air yang berlimpah, mereka justru kesulitan karena air jatah mereka kita rampok.

Saya lebih memilih membeli air dari penjual air keliling. Bukankah ini juga membantu orang lain mendapatkan penghasilan? Kalau pun ini bukan pilihan terbaik, saya yakin ini lebih baik daripada merampok hak orang lain.

Hidup ini memang pilihan. Dan memilih untuk berbuat baik tidak harus selalu melakukan hal-hal yang luar biasa. Menahan diri untuk tidak merugikan orang lain pun sudah cukup untuk belajar. Belajar menyadari bahwa karena soal air saja manusia bisa berubah menjadi serigala yang kejam.


P.S.: Jika ada waktu, saya masih punya beberapa tulisan lain untuk Anda: